Juni 07, 2013

Phnom Penh, Happy Birthday to Me!!

Sesuatu banget saat harus bangun jam 6.30 pagi, kemudian menunggu jemputan ke terminal bis dan menghabiskan nyaris seharian di dalam bis ditemani om-om dari Singapore pada hari ulang tahun. Inilah yang terjadi pada ultahku tahun ini. Dari awal mencoba otak-atik itinerary supaya pas hari H ga di dalam bis, tapi tetep saja gak bisa. Ya sudahlaaah. Bukan sesuatu yang buruk untuk melewatkan hari ini di dalam bis.

Sambil menikmati kopi terakhir di hostel Siem Reap, sekitar jam 6.30 pagi, jemputan van dari Mekong Express sudah datang. Kemudian van berkeliling menjemput penumpang lain dari hostel ke hostel. Sampai di terminal bus Siem Reap, yang rasanya sudah di luar kota banget, kami di drop di pangkalan Mekong Express. Ada yang sedikit aneh soal pengaturan bisnya. Bis dibagi menjadi 2 golongan : asian dan bule. Padahal kalau dijadikan satu juga gak bakalan penuh bis-nya.

Perjalanan hari ini di ikuti dengan udara yang sangat cerah (baca : panas banget ) Sampai AC yang pada mulanya membuat menggigil jadi sepoi-sepoi saja. Perjalanan Siem Reap ke Phnom Phen sekitar 6 jam perjalanan. Jam 11.30 saat makan siang, bus berhenti di sebuah resto siang sekitar 20 menit. Kemudian perjalanan dilanjutkan. Sekitar jam 3 sore sampailah di pool Mekong Express di Phnom Phen. Dari sini aku langsung membeli tiket Mekong Express ke Ho Chi Minh untuk besok siang sekaligus mengatur penjemputan van. Di luar loket, namaku sudah di antara tuktuk yang menjemput : "Welcome to Me Mate Place, Ms. Christine". Wuuih...berasa artis.

Aku sudah booking Me Mate Place via email. Sampai di hostel langsung di sambut menejer hostel bernama Ricky. Ternyata aku dikasih diskon, dari $8 - sesuai info di email - ke $7 plus $10 buat deposit yang akan dibalikin saat kita check out. Aku bilang dengan menejer hostel, kalau ada solo traveler yang mau sight seeing dan shared cost tuktuk untuk besok tolong info, ya. Ricky bilang dia akan info.

Hostelnya lumayan, dengan common room yang lumayan gede dan sebuah bar, bersih dan staff yang ramah. Dan lokasi mix dorm ternyata di lantai 4 yang cukup menguras tenaga kalau harus bolak-balik ke lobby. Mix dorm-nya ternyata besar sekali dan berisi 10 orang. 
Habis mandi aku keliling sekitar hotel sambil mencari spot makan. Suasana mendung dan hujan rintik-rintik. Beda banget sama tadi siang. Sekeliling hostel ternyata ada beberapa bar dan juga restoran dengan harga terjangkau. Aku mampir ke mini market untuk membeli air dan juga beberapa camilan. Dan kutemukan coklat Harsley dengan harga yang murah banget. Akhirnya borong juga coklatnya... 

Sampai akhirnya nemu sebuah kuil Wat Phom yang ternyata deket banget sama hostel. Wat Phnom adalah kuil yang menyimpan 4 buah patung budha yang ditemukan oleh Lady Phen dan juga tempat sembayang dan penyimpanan abu keluarga kerajaan. Untuk masuk ke area ini harus membayar $1 dollar. Tapi aku ga sengaja masuk lewat belakang, jadi gak bayar deh. Cuma sayang gak masuk ke dalam kuil karena banyaknya orang yang sedang sembayang. Takut mengganggu. 
 
Sampai di hostel, manajer hostel ngasih tau aku kalau ada satu cewek Indonesia -lagi- yang namanya Sylvi mau shared cost besok. Sampai dikamar, ternyata kamar sudah penuh orang. Sesama room mate kami semua berkenalan. Ada seorang expat yang tinggal di Jakarta yang lagi traveling sendirian, 6 orang ABG British yang sedang liburan kuliah, seorang photographer wanita dari Cape Town, cowok Vietnam yang sudah jadi warga negara Australia dan Martin, cowok Semarang!! Acara ramah tamah berlangsung sambil ngemil dan ngantri kamar mandi. Kemudian mereka ngajak makan malam, tapi karena hujan, aku males keluar. Sungguh, melihat keakraban mendadak ini, sepertinya aku ketagihan dengan yang namanya mix dorm.

Malam hari Sylvia menemuiku di dorm. Karena sama-sama tinggal di Jakarta kami jadi akrab seperti teman lama. Tukar cerita sambil menyusun itinerary perjalanan buat besok. Sekalian dapat teman Indonesia, akhirnya Martin aku ajak bergabung. Kan lumayan shared ongkos tuktuk bisa lebih murah.
Jam 7 pagi kami berangkat dari hostel. Pertama yang dituju adalah National MuseumTiket masuk ke museum $5. Karena kepagian -museum buka jam 8.30- kami cari makan dulu. Setelah agak lama putar-putar cari yang agak menyelerakan, akhirnya ketemu juga sarapan enak. Selesai makan kami masuk kedalam museum. Musiumnya resik, bangunannya bagus dan tidak membosankan seperti museum lainnya.
Kemudian kami ke The Royal Pallace yang sebenarnya dekat sekali. Udara sungguh panas menyengat saat kami memutari lapangan depan Royal Pallace. Royal Pallace sendiri menghadap ke sungai Tonle Sap yang besar hingga kupikir pantai. Tiket masuknya $7.5. Istana ini luas sekali. Beberapa dalam renovasi hingga kami tidak bisa memasuki area itu.

travel mate of the day
nemu foto Pak Karno
Selesai dari The Royal Pallace dengan kami lanjut ke Tuol Sleng Genocice Museum. Dalam perjalanan tuktuk melewati melewati Victory Monument. Kami berhenti sebentar karena pengen narsis walaupun panas menyengat.

The Victory Monument
Tuol Sleng sendiri dalam bahasa Khmer artinya Bukit Pohon Beracun. Dalam sejarah pasti banyak yang sudah tahu cerita mengenai museum. Pada masa Khmer Merah berkuasa pada tahun 1975 - 1979, tempat yang awalnya adalah sekolah Cina ini kemudian dijadikan markas dan penjara oleh Pol Pot untuk menginterogasi dan memenjarakan orang-orang yang tidak sepaham dengannya yang kemudian akhirnya dibunuh atau terbunuh selama masa interogasi.
numpang nampang
Dari banyak yang kudengar dan foto-foto seram di internet, aku merasa tidak begitu nyaman untuk masuk ke dalam museum ini. Akhirnya aku dan Sylvi menunggu Martin yang dengan gagah masuk sendirian di tempat ini. Tapi sempat nampang juga di pintu gerbangnya.

Jika ada waktu dan hati nyaman-nyaman saja, sebenarnya bisa mengunjungi The Killing Field. Tempat ini adalah kuburan masal bagi korban Tuel Sleng. Perlu tur setengah hari dari Phnom Phen jika ingin berkunjung kesini karena letaknya di luar kota.

Dari museum ini kami juga pergi ke Central Market. Menurut Sylvi yang kemarin baru saja mengunjungi Russian Market, Central Market lebih bersih dan nyaman dengan selisih harga tidak begitu jauh. Aku lihat pasar ini memang merupakan pasar modern yang dibangun khusus untuk turis. Banyak sekali dijual souvenir, perhiasan, kerajinan dan juga bunga-bunga hidup disini. Dan disini aku nemu es cendol. Seneng banget....
nemu cendol juga ^.^
Kembali ke hostel sekitar jam 1 siang karena Martin dan aku harus check out hari ini. Martin akan kembali ke Indonesia dan aku akan melanjutkan perjalanan ke Ho Chi Minh. Di hostel aku sempat membersihkan badan dan packing kemudian aku menunggu jemputan dari Mekong Express. Di lobi bertemu dengan Kevin yang lagi main gitar.

Jam 1.40 aku mengucapkan selamat tinggal pada Martin, berjanji akan selalu keep in touch setelah di Indonesia. Di dalam mobil jemputan aku bertemu dengan Kandy - cewe Vietnam - dan juga Jaimee - turis dari Inggris - yang sudah ditakdirkan menjadi travel mate-ku selama di Ho Chi Minh.

Berangkat dari Phom Phen sekitar jam 2.30 via mekong Express. Perjalanan dari Phnom Phen ke Ho Chi Minh memerlukan waktu sekitar 6 jam. Aku duduk dengan jamie sedangkan Kandy di belakang karena nomor tempat duduknya berbeda. Sebenarnya Jamie dan aku tidak bersebelahan, tapi oleh Mekong Express kami di taruh bersebelahan. Seperti biasanya seorang pemandu memberitahukan estimasi lama perjalanan dan provinsi apa saja yang akan di lalui dan juga pembagian makanan kecil. 
Jamie dan penggemarnya
Dari jalan kemudian naik ferry dan melanjutkan perjalanan kembali, sekitar jam 5 sore bus berhenti selama 20 menit disebuah restoran untuk makan sore karena pada saat memasuki wilayah Vietnam bus tidak akan berhenti lagi. Restoran tersebut tidak jauh dari perbatasan Kamboja - Vietnam. Hanya sekitar 10 menit perjalanan. Setelah turun dari bus, kami antri di imigrasi Koamboja. Scan finger lagi dan THOK!! dengan satu stempel kami SAH keluar dari Kamboja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar