Maret 29, 2010

Anak Krakatau, Petualangan Pertama si Newbie

Krakatau adalah nama sebuah gunung yang berada di Selat Sunda. Konon pada tahun 1883, Krakatau ini meletus dan memporak-porandakan sebagian wilayah Jawa dan Sumatera, menimbulkan tsunami yang sangat besar dan menewaskan ratusan ribu orang di beberapa wilayah yang terkena dampaknya. Bahkan konon bumi sempat gelap gulita selama seminggu lebih dan mengubah iklim dunia. Astaga, aku tidak dapat membayangkan kalau tempat cantik ini pernah begitu menggemparkan.

Aku adalah orang yang pertama kali sampai di terminal bis Kalideres. Sungguh aku merasa gugup karena aku belum pernah bertemu sama sekali dengan teman-teman baruku. Apalagi aku adalah orang baru yang tidak tahu apa-apa. Aku telah membawa peralatan lengkap seperti yang dianjurkan. Selain pakaian, peralatan pribadi dan camilan, aku membawa kamera poket dan sleeping bag-ku yang masih gress! Hahaha… newbie!! :)
Setelah lengkap 22 orang, kami langsung memilih bis jurusan Kalideres–Merak. Kata ‘menyewa’ mungkin lebih tepat karena bis langsung hampir terisi penuh dengan kami dan barang-barang bawaan kami. Keril, tenda dan sleeping bag langsung memenuhi bis ekonomi tersebut. Harga tiket bis Rp. 14.000 per orang. Seharusnya kami berangkat jam 9.30 malam seperti kata keneknya, tapi karena ada sedikit masalah pada mesin, kami pun berangkat pada jam 10.30 malam.

Perjalanan dengan memakan waktu selama kurang lebih 3 jam menuju Pelabuhan Merak. Kami tiba di Pelabuhan Merak sekitar jam 1 dini hari dan langsung membeli tiket kapal ke Pelabuhan Bakauheuni dengan harga Rp. 11.500 untuk tiket dewasa. Kapal berangkat pada pukul 1.30 dini hari. Kalau mau mendapatkan kursi yang lumayan enak (kursi empuk atau bahkan sofa, tergantung dengan fasilitas kapal) dan AC, bisa up-grade dengan uang Rp. 10.000 ke tempat VIP.

Saat subuh kapal merapat ke Pelabuhan Bakauheuni, kami menyewa dua buah angkot kearah pelabuhan Canti. Perjalanan ke Canti memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Buatku perjalanan ini sungguh mengesankan. Melihat dan menghirup udara Sumatera untuk pertama kalinya membuatku bersemangat walaupun aku kurang tidur.

Sesampainya kami di Canti kami sempat untuk sarapan dan membersihkan diri. Dan karena sempitnya waktu dan terbatasnya kamar mandi umum, acara mandi pun menjadi mandi bersama hahaha. Ini adalah pengalaman baru bagiku, karena sebagai traveler kita harus mau berbagi kamar mandi.

Udara sangat nyaman pagi itu. Perahu kayu sederhana yang kami sewa melaju dengan tenang dilaut. Beberapa kali terlihat perahu kami berpapasan dengan perahu-perahu penumpang yang menghubungkan penduduk pulau-pulau sekitarnya dengan pulau utama.

Pulau pertama yang kami kunjungi adalah pulau Sebuku Kecil. Aku terpesona dengan pulau kecil berpasir putih ini. Pulaunya bisa dibilang bersih dan latar belakang laut yang hijau kebiruan ini membuatku seperti di dunia yang berbeda.
Perjalanan kami lanjutkan kembali. Kali ini kami menuju pulau Umang-Umang. Dari jauh pulau ini kelihatan cantik. Konon pulau ini mempunyai snorkeling spot yang katanya lumayan. Karena aku tidak bisa berenang dan tidak mempunyai snorkel, aku memilih untuk turun mengelilingi pulau ini. Merambah tepian pantai dan meretas semak belukarnya membuatku seperti petualang sejati. Ah, dasar newbie. Akhirnya aku menemukan sisi lain pantai dengan pasir abu-abu yang cukup panjang dan bersih. Ombaknya lumayan tinggi. Diujung pantai ada sebuah tebing dengan batu-batuan yang cukup tajam. Seperti anak kecil, aku dan beberapa teman langsung terjun ke air dan menyiram satu sama lain samapai semua orang basah. Kemudian kami mengambil foto dan ber-narsis ria.
Hari sudah lewat tengah hari. Kami harus cepat-cepat melanjutkan perjalanan. Kali ini tujuan kami adalah pulau Sibesi untuk makan siang. Ternyata, walaupun sudah lewat tengah hari, aku tidak merasakan lapar sedikitpun. Ternyata aku terlalu menikmati hari.
Tiba di pulau Sibesi kami makan siang seadanya dirumah penduduk. Kapal dan makanan selama disini sudah termasuk dalam share cost. Karena hanya di pulau ini kami akan mendapatkan MCK yang layak, akhirnya kami memutuskan mandi dengan layak sebelum ke pulau tujuan berikutnya.

Langit berubah menjadi gelap saat kami melanjutkan perjalanan. Angin mulai kencang dan membuat ombak semakin tinggi. Ini pertama kali seumur hidup aku naik perahu dan sudah mengalami hal yang hebat seperti ini. Perahu seperti tidak berdaya diombang-ambingkan oleh ombak biru gelap yang menggulung tinggi. Terkadang perahu nyaris vertikal sehingga aku memegang sisi perahu sampai buku jariku berwarna putih. Hatiku menciut. Aku ingat aku tidak bisa berenang. Dalam hati aku mulai melantunkan doa.  Seperti keadaan ini masih kurang buruk, saat itu juga hujan turun dengan derasnya. Oleh bapaknahkoda, kami yang masih diluar diminta masuk kedalam kapal. Didalam lambung kapal dengan keadaan kapal terombang-ambing ombak seperti ini, rasanya sama buruknya dengan masuk sebuah mixer atau berada diatas roller coaster yang rem-nya blong. Membuat perut mual saja. Ugh!! :(

Untunglah keadaan semakin membaik saat mendekati pulau Krakatau Kecil. Begitu kami berlabuh, kami disambut oleh seorang ranger. Dari percakapan beliau, kudengar kami adalah rombongan pertama yang mengunjungi pulau ini sejak terjadi letusan kecil beberapa minggu lalu. Aku sempat kaget melihat keadaan pulau ini. Ada sebuah tempat yang dulunya sebuah gazebo, kini kelihatan kerangka saja. Karena hari mulai gelap kami mulai mendirikan tenda-tenda. Sekali lagi, ini pengalaman pertamaku mendirikan tenda :) Setelah tenda berdiri, kamipun mulai mengobrol sambil makan malam. Bekal yang dibawa oleh awak kapal dari pulau Sibesi.
Hari masih gelap saat kami dibangunkan untuk memulai hiking. Aku pikir karena kami akan trekking dan hiking pasti nantinya akan berkeringat. Karena itu aku hanya mengenakan cardigan tipis dan membawa bekal air minum secukupnya. Kami menyusuri hutan dipandu oleh tiga orang rangers. Langkah masih tertatih-tatih karena pasir lembut dan juga pohon-pohon tumbang yang menghilangkan jalur pendakian sehingga rangers meminta kami tidak boleh terpisah. Aduh, siapa juga yang mau tersesat, pak.

Tiba dikaki gunung pendakian yang sebenarnya dimulai. Pendakian pertamaku :)

Pertama-tama tampak sepele. Aku dengan pede-nya mengikuti tiga senior dan seorang ranger dikloter depan. Namun setelah kemiringan menjadi lebih dari 45 derajat, aku mulai tersengal-sengal dan disusul oleh kloter-kloter lain dari belakang. Setiap 5 langkah keatas aku menghitung nafasku sampai sepuluh kali. Paru-paruku rasanya sudah terbakar dan aku nyaris tidak mau melangkah lagi. Tapi untunglah gengsi dan rasa takut ditinggal menang melawan kelemahan badanku. Aku mengingatkan diri sendiri untuk mulai berolah raga jika sudah kembali ke peradaban.

Keinginan untuk melihat matahari terbit dari lereng Anak Krakatau – karena kami tidak mungkin mendaki sampai kepuncak Anak Krakatau yang masih berbahaya – tidak bisa terwujud karena tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya dan disertai angin lumayan kencang. Cardigan tipis dan celana pendek adalah kesalahan besar. Sekarang aku mulai menggigil kedinginan. Untunglah seorang ranger dengan baik hati menggali lubang di pasir dan menguburku agar tetap hangat. Menurutku, ini adalah pengalaman baru dan paling keren bagiku :) Ah, dasar newbie
Jika mendaki lereng Anak Krakatau rasanya berjam-jam, saat matahari muncul dan dunia menjadi terang benderang, tampaklah bekas-bekas pendakian kami dengan jelas. Aku sempat tertawa dan malu karena ternyata jalur pendakian tidak begitu tinggi. Hanya saja memang mendaki diarea pasir memang lebih sulit. Kemudian acara untuk narsis pun dimulai. Saat turun pun hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit. Itupun diselingi oleh acara bercanda dan foto-foto narsis.

Kembali ke area perkemahan kami langsung menggulung tenda dan dilanjutkan dengan pemungutan sampah. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan dengan bapak-bapak ranger kamipun melanjutkan perjalanan.

Laut sangat biru dan tenang. Sarapan dengan makanan kecil kami lakukan di atas kapal sambil ngobrol. Selanjutnya kami mencari spot yang tepat untuk snorkeling. Dan spot yang terbaik adalah dipulau Rakata. Konon pulau Rakata adalah pecahan dari gunung Krakatau. Hal ini tampak dari tebing pulau Rakata yang curam yang tidak dijumpai dipulau lainnya. Dibawah tebing inilah spot untuk snorkeling itu berada. Sementara teman-teman asik berenang, saya hanya menikmati jernihnya air laut ditebing ini.  Warnanya hijau zamrut dengan karang dan ikan yang warna-warni bersliweran. Sesungguhnya aku ingin sekali ikut berenang didalamnya. Ah, mungkin saat aku kembali keperadaban, aku harus belajar berenang juga.

Puas ber-snorkeling, lewat tengah hari kami kembali menuju ke pulau Sibesi untuk membersihkan diri dan makan siang sebelum kembali ke Canti dan melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Sampai di Jakarta sekitar pukul 3 keesokan hari.






Maret 01, 2010

A-Ha!!

Orang bilang butuh waktu buat "A-Ha" -maksutnya mendadak ide yang lo cari-cari sejak lama, tiba-tiba nongol di kepala elo. Nah itulah. Gw baru saja di putusin. Haha. Kebayang kan rasanya... Tapi menengok kembali saat itu, rasanya gak sedih-sedih amat. Bahkan terasa lucu - sekarang gw ketawa dan merasa bersyukur banget dengan kejadian itu. Emang sih pertama-tama gw sedih banget. Gak bisa mikir dan selalu bertanya "salah gw apa?". Tapi dilubuk hati paling dalam, sesuatu yang luar biasa kuat untuk berubah menjadi lebih baik juga muncul. Awalnya sih pastilah karena "sakit hati" dan keinginan untuk "balas dendam". Tapi itu bagus. Rasa kaya gitu lebih bagus dari pada menderita kesedihan yang amat dalam. Apalagi sampe mempunyai keinginan untuk bunuh diri. NO WAY!!!

Gw pengen menjadi yang terbaik. Itu janji gw, "balas dendam" manis gw. Menjadi terbaik dan dia bakalan nyesel ngelepasin gue. Hah!!

Baiklah. Gak usah memperpanjang lagi cerita sakit hati. Udah basi!! Sekarang cerita aja apa yang kepengen gw lakuin, yang pengen gw pelajari dan gw bikin list to do.

Traveling. Seumur-umur gw gak pernah traveling. Terakhir pas karya wisata saat SMA dulu. Sumpah gw udik banget. Sekitaran Jakarta atau sekitara Yogya saja gak pernah di jajah. Maklum juga, traveling itu juga butuh biaya yang lumayan mahal. Tapi gw pengen mencoba. Mencari teman baru, memperluas pengalaman dan lebih penting lagi, membukan pikiran kalau dunia gw bukan hanya secuil hati yang terluka - acieeeeh...

Photografi. Bayangkan menangkat sebuah keindahan yang tidak semua orang bisa menikmatinya dan mengabadikan itu melalui lensa kamera. Ya gitu deh...

Handmade. Emak bilang daya kratifitas gw nih amajing. Gw inget gw bisa belajar segala macam kerajinan dengan otodidak. Kenapa enggak? Gw harus belaja. Belajar. Belajar. Dan belajar lagi. Siapa tahu gw bisa mencari jalan untuk jadi wirausaha. AMEEEEN!!

Hmm... satu lagi yang penting. ACTION!!