Desember 30, 2013

NYE Trip : Lagi-Lagi Prambanan dan Taman Sari


Pagi ini, tempat makan Edu Hostel penuh oleh para abege anak SMA Serang yang sedang 'piknik' ke Yogya. Saking penuhnya tempat makan di dalam hostel, aku dan 2 cewek sekamar yang baru ketemu semalam memilih makan diluar ruangan. Matahari bersinar dengan riang gembira. Baru duduk sebentar saja kami sudah keringetan. Padahal jam baru menunjukan jam 8 pagi. Fiuh... mudah-mudahan hari ini gak panas banget seperti kemarin. Seperti biasa, Manu jadi pusat perhatian. Doi di interview oleh guru-guru SMA itu. Sedang Hardy melipir ke meja kami bertiga.

Sekitar jam 9 kami berjalan kaki sekitar satu kilometer dari hostel ke arah halte Trans Jogja Taman Pintar. Busway ala Jogja ini langsung menuju ke terminal depan Candi Prambanan. Dari terminal Prambanan tinggal jalan kaki masuk ke area candi. Seperti kemarin, perbedaan harga tiket lokal dan mancanegara bikin aku aku nyengir you-know-why ke arah Manu. Untungnya si Manu masih punya student card yang bisa  dapetin diskonan. Lumayan diskon 50 ribu ya...
Seperti Borobudur kemarin, Candi Prambanan juga penuh dengan pengunjung. Sudah banyak orang di sekitar pelataran candi dan aku menduga di dalam candi pasti sudah penuh sesak. Pupus sudah buat cari spot foto bagus, foto narsis, dll. Tapi kemudian kami melipir kearah luar area candi untuk menghindari para pengunjung yang membludak dan mencari sudut foto yang baik.
Setelah muter-muter, bernarsis ria dan syukurlah...no more interview for Manu, kami kembali ke terminal Trans Jogja. Tapi tepat sampai di terminal, hujan turun dengan lebatnya. Padahal tadi panasnya minta ampun. Benar-benar cuaca yang aneh.

Setelah menunggu kira-kira 30 menit, akhirnya busway datang juga. Beruntung kami mendapat tempat duduk karena perjalanan cukup lama karena koridor busway muter-muter. Sampai di halte dekat pasar Beringharjo kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke Taman Sari. Hujan gerimis masih lumayan lebat. Aku buka payung sambil melirik para cowok rela berhujan-hujan daripada dibilang ga macho karena pake payung. Hah!!

Melewati pasar burung lama (pasar Ngasem) kami mengikuti labirin (karena jalannya benar-benar sempit seperti lorong) kampung Taman Sari menuju ke masjid tua yang berada di bawah tanah. Masjid ini cukup unik karena untuk masuk kita harus melewati lorong bawah tanah yang saat ini sudah rapi dan bersih. Berbeda dengan beberapa tahun lalu.

Puas menemani para cowok mengambil foto, kami bergegas ke Taman Sari melewati jalan sempit di kampung. Aaargh.... terlambat!! Jam 4 Taman Sari Water Pallace sudah tutup. Tapi aku ingat, kami bisa mengintip, meski memang ga bisa masuk ke dalamnya. Hanya sedikit orang yang tahu tempat rahasia ini. Yah, dari pada teman-temanku kecewa karena ini hari terakhir kami di Yogya. Dan taraaaa... keduanya langsung tersenyum sumringah!!
Dari Taman Sari kami berjalan ke Warung Buu Ageng didaerah Tirtodipuran. Setiap kali aku ke Yogya, pasti mampir kesini. Pengen mengenalkan makanan khas Jawa pada teman-temanku. Berjalan kaki dari Taman Sari ke warung Bu Ageng cukup panjang. Sampai disana kami kecewa karena resto - nya ternyata tutup. Aku lupa kalau tiap hari Senen mereka tutup #doh!!! Karena capek dan lapar kami memutuskan makan di resto Lekker.

Sehabis makan kami naik becak motor ke St. Tugu untuk tukar karcis kereta. Dari St.Tugu jalan kaki menuju Sosrowijayan untuk refleksi kaki. Beugh!! Setelah jalan kaki seharian telapak kakiku ternyata butuh di pijit. Sebenarnya Manu dan aku yang paling excited buat refleksi dan sebagai minoritas, Hardy ngikut saja. Selama satu jam kami merem melek di Refleksi KAKIKU.

Dari Sosrowijayan lanjut jalan kaki ke Hostel dengan kondisi jauh lebih segar. Kemudian mampir di pusat oleh-oleh untuk menemani Hardy membeli buah tangan. Di hostel kami mengambil barang ransel dan langsung naik taxi ke St. Tugu.

Karena masih agak lama, ga ada salahnya menikmati angkringan di sekitar St. Tugu. Menikmati camilan dan kopi joss yang ajieb punya sebelum kami beranjak menuju Malang. Last nite at Yogya, but it won't be the last time I come home... ^.^

Desember 29, 2013

NYE Edition : Mendadak Yogyakarta dan Borobudur... (lagi)


Berhubung bapak Boss pulang ke negaranya, jadi aku bisa libur panjang tanggal 24 Desember - 10 Januari padahal gak ada rencana sama sekali. Jadi aku komporin saja si Hardy yang lagi menikmati masa nganggur karena pekerjaan barunya mulai awal Januari. Jadilah kami merencanakan liburan dadakan untuk menjajah dari Malang melipir ke Bali.

Tapi mendadak ada permintaan teman dari Jerman yang juga dadakan merencanakan liburan ke Indonesia. Jadilah itenerary diubah sedikit dengan mengambil Yogya dan sekitanya sebelum ke Malang. Apalagi Hardy juga belum pernah ke Yogya. Okey ... let's the journey began....

Jam 5 sore kami sudah siap di terminal Lebak Bulus. Bis yang harusnya berangkat jam 5 ngaret sampai jam 6 sore. Si teman bule yang baru pertama kali ke Indonesia bertanya dan sedikit komplen. Hihihi... welcome to Indonesia Manu, where everything and everyone loves being late!!

Dalam bis nyaris semalaman kami ngobrol. Itulah, beda negara, beda budaya dan banyaknya tabrakan budaya membuat obrolan kami jadi menarik. Gak sadar mulut gak berhenti dari start bis berangkat sampai lewat tengah malam. Kecapekan ngobrol akhirnya kami tewas. Bangun-bangun saat supir teriak BUMIAYU!! Ternyata bis-nya lelet banget. Sudah jam 7 tapi masih masih sampai di Bumiayu. Di perkirakan bis akan sampai di Yogya jam 1 siang. DOH...!!!

Fiiiuuuh!! Yogya panas membara. Menyusuri Sosrowijayan sangat menarik. Karena semua hostel sudah penuh saat di telepon, jadi terpaksa go show. Kami menebukan hotel borobudur yang lumayan resik dengan satu tempat tidur dan extra bed. Hari ini pengen molor sebentar setelah tidur tak nyenyak di bis. Tapi Hardy milih jalan-jalan.
Malam hari kami makan, sambil jalan-jalan nyari penginapan baru. Baru kusadari betapa lugunya aku di wilayah ini. Gak sadar kami memasuki wilayah pasar kembang. Tempat club dangdut dan mbak-mbak penghuninya. Alhasil si Hardy jadi salting karena malu dan Manu ketawa-tawa geli karena ditawarin dan aku ... semoga bukan dikira salah satu penghuninya. Berputar-putar melewati labirin kecil yang remang-remang dan hingar-bingar, akhirnya kami bisa menemukan jalan utama. Fiuh....!! Pencarian hostel malam ini gagal.

Esok paginya sambil sarapan aku coba-coba telepon Edu Hostel langgananku kalo kepepet nginep di luar rumah. Mas-nya berhasil menyisipkan kami bertiga di tengan para waiting list. Wuiiih... pelayanan pelanggannya top markotop deh. Dan kamipun selamat dari hotel-hotel mahal (sebagai opsi terakhir kalo gak dapat penginapan).

Setelah check in  di EDU Hostel, kami melanjutkan perjalanan ke Borobudur. Naik bis Ke terminal Jombor, disambung bis ke terminal Borobudur dan naik becak ke Candi Borobudur. Borobudur bener-bener seperti lautan manusia. naik tangga dan turun tangga sepertinya penuh perjuangan. Jika bukan demi dua lelaki itu, aku milih duduk manis di bawah pohon rindang, menghindari kulit menghitam karena terpanggang matahari. Lebih lucu, saat itu aku menemukan banyak kelompok anak-anak yang sedang belajar bahasa Inggris dan semangat banget meng-interview Manu. Hahaha, si mas Manu ga tega menolak wajah polos anak-anak itu sehingga interview jadi tambah lamaaa.... tambah banyaaak dan mendadak sudah jam 2 sore. Kyaaa... kami harus ke Prambanan hari ini juga!!

Entah karena kepanasan atau kecapekan atau kenapa, aku mendadak sangat pusing dan mual. Kata Hardy  memang panas sekali, dan mungkin kita terdehidrasi. Akhirnya mampir ke sebuah restoran yang berada diseberang terminal. Katanya terkenal enak tapi ternyataaaaa.... #no-mention.

Dari terminal Borobudur kami lanjut ke terminal Giwangan. Tapi ternyata bus hanya sampai ke Jombor. Tawar menawar taxi dapat 350 tanpa argo. Jadinya kami schedule ulang dan Prambanan buat besok pagi saja. Malah kita muter-muter Malioboro, makan risol Malioboro yang membuatku tergila-gila, makan oseng-oseng mercon deket Hostel yang aduhai... MERCOOON banget!! Hardy langsung tambah item saking merah padam. Manu langsung bilang noooooooo.....!! Pokoknya judul malam ini, makan besar.

Desember 26, 2013

Touring Gunung Padang


We wish you a Merry Christmas!!!

Trip Natal ini dibuat untuk anak perantauan yang tidak bisa merayakan bareng bersama kelurga karena tiket kelewat mahal dan kebiasaan yang selalu spontan jadi telat beli tiket mudik. Acaranya seperti biasa, diadakan secara dadakan seminggu sebelumnya dengan peserta 4 orang dengan 2 buah motor, tidak tahu rute dan hanya tahu destinasi. Tapi mendekati hari H, banyak yang ngacung dan nongol di meeting point.

Jam 6 pagi aku terbangun oleh alarm. Mata terasa berat karena habis begadang dengan teman-teman tadi malam. Meeting point di PCG Cililitan jam 8, tapi molor jam 9, kemudian jam 10 dan akhirnya jam 10.30 baru memulai perjalanan. Ada saja alasan buat ngaret. Kebablasan tidur, gak tau arah meeting point - haelaaah.... sampai meeting point pun masih ada pada bebelian jas hujan, sarapan de-el-el. LOL.
Perjalanan aku pikir hanya akan memakan waktu selama 4-5 jam. Tapi dengan segala macet berat dan hujan antara Bogor ke Sukabumi dan lagi bisa kebanyakan para peserta adalah newbie, akhirnya sekitar jam 9 malam kami baru sampai di wilayah Warung Kondang. 10 jam perjalanan kami.... sueeeerrrr!!!

Karena sudah jam 8 malam dan capek berat, diputuskan untuk bermalam dulu di Warung Kondang, baru besok paginya melanjutkan perjalanan ke Situs Megalitikum Gunung Padang yang kira-kira masih 15 kilometer dari Warung Kondang. Malam ini udaranya lumayan dingin. Walhasil mampir dulu untuk mengisi perut dengan sop kambing. Lumayan, bikin anget sambil bertanya-tanya sama bapak warung soal penginapan.

Kami menginap di hotel TP yang lumayan bagus untuk backpacker. Kami memesan 2 kamar untuk para cewek dan cowok. Syukurlah karena si bapak tampaknya kasihan melihat gerombolan kami yang kucel dan memelas, beliau memperbolehkan 1 kamar diisi lebih dari 3 orang. Setelah check in, kami pun langsung bebersih dan tepar.

Pagi harinya, setelah sarapn kami langsung meluncur ke tujuan. Melewati perkampungan dengan jalanan yang rusak berat. Jadi gak bisa ngebut. Mesti extra hati-hati kalo gak mau terperosok ke lubang atau jatuh. Setelah perkampungan tibalah menyusuri jalan aspal yang lumayan mulus di tengah kebun teh. Jalannya puanjaaaang banget sampai akhirnya ketemu satu perkampungan lagi.

Usut punya usut ternyata kita salah arah. Bukan Gunung Padang yang kita temui tapi Stasiun Kereta Api Lampegan. Kebetulan banget. Stasiun tua ini dibangun pada tahun tahun 1882. Ada KA Siliwangi dengan rute Sukabumi-Cianjur-Lampegan namun sementara ini stasiun KA Lampegan ditutup karena adanya longsor di daerah Cibeber-Lampegan dan masih dalam perbaikan. Stasiun ini hanya berjarak sekitar 8 kilometer dari Situs Gunung Padang. Byangin aja kalau KA Siliwangi berfungsi kembali. Pasti Gunung Padang langsung ramai pengunjung. Jadi karena sepi, kami ada alasan buat narsis disitu. Walaupun matahari memanggang.
Puas bernarsis ria dan bertanya beberapa kali dengan penduduk, perjalanan berlanjut melewati perkebunan teh, bukit-bukit dan kampung kecil. Pemandangan yang ajieb benar-benar membuatku menikmati perjalanan ini. Gak ada rasa capek walau harus naik motor sendirian selama berjam-jam. Mata dan hati rasanya puaaaas banget.

Setelah itu sampailah kami di gerbang Situs Megalitikum Gunung Padang terletak di desa Karyamukti, kec. Campaka, kab. Cianjur, Jawa Barat. Terletak di ketinggian 885 dpl dan luas 3 hektar, situs ini menyajikan pemandangan hijau yang memukau dari pegunungan sekitarnya. Konon situs ini mempunyai luas bangunan sekitar 900 meter persegi, merupakan situs punden berundak - tempat pemujaan terhadap leluhur - tertua di Asia Teggara dan konon lebih tua dari piramida Giza di Mesir. Memang gak banyak yang bisa dilihat selain pemandangan alam dan batu-batu dari reruntuhan. Tapi dilihat dari segi budaya, aku sendiri bakalan terkagum-kagum dengan pemikiran pendahulu kita.
struktur Gunung Padang courtesy dailygrail.com

Puas menikmati pemandangan, kami menuruni bukit. Saatnya untuk isi perut!! Mie bakso menjadi andalan karena cepat karena kami harus melanjutkan perjalanan ke Curug Cikondang yang masih sekitar 10 kilometer lagi.

Tapi apa daya alam berkata lain. Hujan mengguyur di tengah perjalanan sehingga kami harus berteduh ditengah perkebunan teh. Kata penduduk pun bakalan berbahaya jika kami nekat ke Curug Cikondang karena jalan tanahnya yang licin, jadi diputuskan untuk langsung pulang ke Jakarta karena takut kemalaman dan besok harus ngantor seperti biasa. 

Okey Cianjur... Thank you! We have fun today. See you another time...

R.I.P JAX, HONDA Beat merah B 6422 CSG-ku yang telah hilang digondol maling. Gak nyangka ini touring terakhir kita : (

November 18, 2013

Touring Begajulan Goes To Ciemas - Sukabumi

"Traveling is not about the destination. It's about the journey and the companion."

Ajieb!! Muancap!! dan NEKAAAT!! adalah kata yang tepat buat menggambarkan touring ini. Ini kali kedua aku touring dengan sepeda motor. Tapi kali ini memang sebagai boncenger sejati karena para lelaki tangguh ini sangat gentlemen untuk tidak memperbolehkan para wanita gantian. Padahal memang para wanita gak bisa bawa motor jenis Tiger dan Vixion hahaha.

Jam 10 seharusnya kami sudah di jalan. Tapi karena status labil, hujan dan lapar, akhirnya memutuskan makan tengah malam sambil menunggu teman yang belum datang.  Sekitar hampir tengah malam kita berangkat. 

Hujan lumayan deras mengguyur Jakarta sedari siang. Dengan 4 buah motor kami melaju ke dari meeting point di rumah Ade Geboy di Jalan Panjang ke arah Lebak Bulus - Parung - Bogor - Cibadak untuk bertemu dengan team dari Bandung. Udaranya lumayan dingin karena hujan sedari siang dan titik hujan cukup menyakitkan dikulit ditambah aku yang sibuk membersihkan ingus karena pilek mendadak. Tapi semua tidak menghalangi kenekatan kami... SEMANGAT!!
430 kilo meter perjalanan ini : Jakarta-Sukabumi 4 jam Sukabumi-Citarik 1 jam Citarik-Pal Tilu 2 jam Pal Tilu-Tamanjaya 3 jam Tamanjaya-Ciwaru 2 jam
Perjalanan dari Jakarta ke Cibadak - Sukabumi, memakan waktu sekitar 4 jam karena hujan dan macet. Ditambah dengan insiden kecil karena motor Jati bocor parah dan harus ganti ban. Padahal tengah malam. Saat mereka mencari bengkel, sebagian dari menunggu di sebuah SPBU. Setelah beberapa lama...yang memang lama karena aku dapat satu sesi untuk tidur hahaha, akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan. Brrr... menerobos angin malam di dataran tinggi dengan kecepatan 40-60 KM per jam memang bikin merinding disko. Gigiku sampai gemeletuk kedinginan. Sampai di pertigaan Cibadak-Sukabumi arah Pelabuhan Ratu, kami bertemu dengan Mang Dadang yang sedang menikmati bubur ayam. Jadilah kami ikut-ikutan makan lewat tengah malam. Hadeeeh...

Akhirnya diputuskan untuk istirahat dan menunggu team Bandung di SPBU Cibadak. Aku merasa semakin akrab dan menghargai SPBU bukan hanya sebagai tempat membeli bensin, tapi juga sebagai tempat singgah para traveler yang aman, cukup nyaman dan ekonomis - asal emak gak tau... ^_^

Jam 5.30 pagi setelah bangun, cuci muka, sikat gigi dan sarapan seadanya, ternyata ada info meeting pindah lagi. Jadi kami cepat-cepat pergi menuju meeting point selanjutnya Parungkuda - ntah dimana itu - dan ternyata sudah kita lewati. Akhirnya diputuskan untuk nunggu di dekat Cherokee Rafting hingga mereka datang dan langsung cuuzzz lagi.
narsis dulu sebelum hengkang dari SPBU Cibadak - photo by Jati
Omaigot,  aku berharap otakku terdiri atas kamera panorama yang puanjaaang jadi aku bisa menangkat foto-foto keren di sepanjang perjalanan ini.Sayang... sayang banget aku ga gitu pinter photography. Walau hujan gerimis mengundang, langitnya kelabu dan udaranya duingin, tapi pemandangan itu membuatku menjerit-jerit kegirangan. Aduh maap yah Opaaa, jadi budek karenaku...

Setelah melewati tanjakan dan turunan puluhan bukit, perkebunan karet, perkebunan teh, hutan, kampung-kampung kecil di dunia antah berantah, kehujanan, terpeleset lumpur, motor mendadak mati, jas hujan sobek, kedinginan, baju dari basah sampe kering kemudian basah kuyub lagi - sungguh keadaan merana yang sangat menyenangkan - akhirnya sampe juga juga di Bukit Paninjau. Dimana kita bisa melihat seluruh pemandangan nun dibawah sana. Teluk Citetuh di garis horison, jajaran bukit dengan curugnya, persawahan dan kampung penduduk. Ga heran dinamakan Bukit Paninjau karena kita bisa meninjau alam indah ini dari atas puncak tertinggi.
Teluk Ciletuh di horison... bukit, persawahan dan kampung bisa ditinjau dari sini - Bukit Paninjauan
Kemudian turunlah hujan lebat dengan geledek yang bikin jantungan - haisssh, akang Thor ternyata ikut jalan-jalan dimari. Karena masih jauh perjalanan walau dalam hujan lebat. Melewati perkebunan kelapa yang di selimuti kabut, turunan terjal nan licin sehingga harus extra hati-hati, perkampungan dengan jalanan yang rusak parah hingga suatu saat Ucing Garong melambat dan mendadak si Opa bilang, "Chen, gw ngantuk berat nih...." Opaaaaa... mana bisa kau ngatuk di hujan deras dan jalan jelek begini!! Karena kami berada di urutan nomer 3 dari belakang, jadi sambil menunggu Mang Dadang dan Andreas kami berhenti dibawah pohon mangga yang sarat dengan buah. Sambil menyerahkan sebotol kopi buat Opa, kami becanda membuat scenario bagaimana caranya minta mangga pada pemiliknya. Cerita konyol di hujan deras. Kami ketawa-ketawa karena cerita karangan kami - mungkin pemilik mangga di teras itu mengira kami gila. Sekitar 10 menit kemudian karena Mang Dadang dan Andreas tidak nampak kami melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan Hari yang mencari kami berlima. 

Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya sampai juga di desa Ciwaru dengan keadaan mati lampu. Hahaha, lengkap sudah. Sementara anak-anak lain memilih trekking di Curug Sodong. Karena capek,  pegal-pegal dan lengket seluruh badan aku memilih mandi di sumur masjid dengan Sofie dan Andreas. Saat kami sudah duduk manis dan bersih rombongan trekking baru datang. Kemudian Nad, Idrus, Opa dan aku bertugas untuk membeli makan malam dan belanja untuk sarapan. Jam baru menunjukan jam 8 malam dan Ciwaru ternyata sudah mulai tidur. Untung kami menemukan penjual nasi goreng yang masih buka.

Tidak peduli ramainya suara, yang pasti aku langsung terlelap begitu masuk kedalam sleeping bag. Walaupun ada jeritan insiden tokek masuk kamar, 'konser' dari tetangga sebelah, aku lelap sampai pagi.

Esokan paginya udara bersih dan hangat. Bangun pagi langsung diberi tugas masak indomie goreng bareng Andreas. Sudah makan-makan, aku ikut Andreas trekking ke Curug Sondong. Jalannya sudah ada, hanya saja masih berupa susunan pecahan batu yang tajam dan mesti extra hati-hati. Dari runah curug Sodong hanya sekitar 15 menit berjalan kaki. Dari ujung jalan sudah tampak curug yang tinggi dan bertingkat tiga itu. Indaaaaaah sekali...
Setelah sampai rumah kami lanjut ke pantai. Karena mulai gerimis lagi diputuskan tidak bisa ke pulau Mandra dan pulau Kunti (serem banget ya namanya... ) dan hanya main di pantai Palangpang dan curug Cimarinjung yang deket banget sama pantainya. Ga bisa dilukiskan dengan kata-kata indahnya curug ini. Ga puas melihat alam sekitarnya. Pantai, sawah yang mengunig, curug yang bergemuruh dan bukit-bukit yang rindang ditambah gerimis yang membuat udara terasa bersih seperti sebuah lukisan kanvas. Kata WOW berkali-kali keluar dari bibir. Takjub, maaan....
Dari curug kami langsung ke pantai yang ga jauh dari curug. Sempat juga narsis dalam hujan gerimis. Namun saat sampai di pantai hujan turun dengan derasnya. Seperti anak kecil gak peduli hujan lebat dan dinginnya angin, kami asik narsis dan ketawa-tawa.

Jam 2 siang kami beranjak pulang ke Jakarta dan Bandung dengan melewati jalan yang sama, dalam keadaan hujan, kabut dan kedinginan. Untunglah, sampai saat ini ga kedengeran anggota yang sakit. Pegel-pegel di pinggang dan pantar rata memang sudah pasti, tapi bener-bener aku menikmati perjalan ini dan terus terang membuat ketagihan. See you later Begajulers...!!!

Many thanks :
Nadya - guide dan penyusun rute, dan para Begajulers

Scenes from Bike
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 

The Narcissism
...kumpulan foto dari berbagai pihak...