April 29, 2013

Fun Trekking Gunung Gede Pangrango



Happy Trekking Gede Pangrango diprakarsai oleh Kelompok Petualang P24 yang juga merupakan perayaan ulang tahun Edwin, teman kami. 

Meeting point kali ini di terminal Kampung Rambutan. Sekitar jam 11 malam kami berkumpul dan langsung naik bis jurusan Kp. Rambutan-Ciawi/Bandung via Ciawi. Harga tiket 15.000 rupiah (Ekonomi). Perjalanan sekitar 2-3 jam, tergantung macet tidaknya. Turun di Cibodas (sekitar pertigaan Cibodas) kami lanjutkan ke dengan angkot kuning jurusan Cipanas-Cibodas dengan membayar 5.000 per orang. Setelah beristirahat dan sarapan subuh (sarapan yang terlalu pagi) dengan Indomie dan Teh manis panas, akhirnya berjalan menuju gerbang Taman Nasional Gede Pangrango. 

... siap-siap nanjak ...
Setelah check in dan pengecekan peserta seperti yang tertera pada simaksi (pendaftaran dilakukan jauh-jauh hari, sekitar 2 minggu sebelum pendakian), pada pukul 7.30 pagi, perjalanan kami mulai. Dari awal pendakian sudah terasa terjalnya tanjakan. Menurut beberapa teman yang sudah expert dalam pendakian gunung ini, jalur Cibodas-Pangrango memang lebih curam tanjakannya meskipun jalurnya lebih pendek dibanding lewat Gunung Putri yang jalurnya lebih panjang dan agak landai. 


Setelah satu jam berjalan, titik peristirahatan pertama di sekitar Danau Biru. Setelah istirahat sekitar 10 menit, trek dilanjutkan dengan melewati Rawa Gayonggong. Rawa ini semula adalah kawah mati yang menampung air dan ditambah erosi tanah menyebabkan rawa ini banyak ditumbuhi rumput-rumput yang merupakan habitat dari Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas). Rawa ini sudah dibangun jembatan beton. Jika keadaan tidak berkabut, dari jembatan ini bisa dilihat puncak Pangrango yang gagah. Kemudian trek dilanjutkan dengan trek jembatan kayu yang juga merupakan bonus bagi para pendaki. Setelah itu kembali dilanjutkan dengan trek berbatu.

jalan beton melewati Rawa Gayonggong
Trek yang dilapisi oleh pecahan batu ini mungkin dibuat untuk menahan erosi tanah dan mempermudah perjalanan para trekker. Namun karena penataan batu-batunya tidak begitu bagus (dengan banyaknya ujung dan pinggiran yang tajam mencuat) hingga, trek ini menyakiti kaki dan jika tidak berhati-hati bisa terjatuh dan berakibat fatal.

Titik peristirahatan yang kedua di Panyangcangan. Di peristirahatan ini jalan terbagi dalam dua jalur. Jalur menuju puncak Gede Pangrango dan jalur menurun menuju ke air terjun Cibeureum. Karena kami nantinya akan melewati jalur yang sama dan waktu semakin sempit, air terjun akan dijelajahi besok pagi. 




Setelah istirahat selama 15 menit, kami mulai mendaki kembali. Kali ini cobaan terbesar pun dimulai. Sampai persinggahan ke Air Panas hujan turun dengan derasnya. Untung saja jas hujan telah dipersiapkan. Bayanganku Air Panas adalah sebuah sungai dengan air panas. Tapi Dwie berkata Air Panas adalah sebuah air terjun. Baiklah, jadi kami akan melewati sebuah air terjun berair panas. Namun semua dugaanku keliru. Kami bukan melewati sisi air terjun dengan air panas, melainkan berjalan di tengah sebuah air terjun berair panas. Bloody hell… Hujan demikian deras, kami harus berjalan melewati tanjakan berbatu dengan lebar kira-kira satu meter. Dengan sebuah tebing batu yang mengucurkan air panas dengan deras, mengalir pada batu-batu yang kami pijak dan kemudian jatuh ke dalam jurang pada sisi lainnya. Bebatuan itu menjadi yang sangat licin dan berbahaya. Apalagi perbedaan suhu panas dan dingin membuat sekeliling Air Panas beruap tebal. Pembatas jurang hanya dipagari oleh seutas kawat tebal. Benar-benar satu pengalaman yang sangat menegangkan saat melewatinya.

air terjun Air Panas
Trekking dilanjutkan dalam hujan deras. Perjalanan pun semakin melambat karena jalan menjadi licin. Kelelahan, kelaparan, hujan dan kedinginan karena pakaian basah pun mendera badan. Mimi dan aku tertatih-tatih dengan disemangati Edward. Niko juga terseok-seok dibelakang kami. Kami sampai di Kampung Badak sekitar jam 2 siang. Sambil menunggu anggota  lain kami melahap nasi bungkus yang kami beli tadi pagi. Setelah selesai aku terlentang dan terlelap. Entah berapa lama aku tertidur dan hujan deras membangunkan aku. Ternyata tidak semua tim bisa melanjutkan sampai ke Kampung Badak karena drop. Ade tidak bisa melanjutkan perjalanan dan memilih tinggal di persinggahan Kampung Batu. Akhirnya team harus dibagi menjadi 2, meneruskan perjalanan ke Puncak Pangrango dan yang lain kembali ke Kampung Batu untuk menemani Ade. Voting diambil, dan akhirnya Lenggo, Deny, Okke, Timbul dan aku harus kembali ke Kampung Batu. Tambahan 6 jam trekking ke Puncak Pangrango setelah 7 jam pendakian dan dalam keadaan hujan seperti ini membuatku harus berpikir lagi. Aku mengalah dengan dengan kondisi badanku. Kembali ke Kampung Batu aku langsung masuk ke dalam tenda, yang sudah didirikan oleh teman-teman dari Haihata Sentul, berganti pakaian dan menghangatkan badan didalam sleeping bag. Setelah makan malam, indomie dan susu courtesy Okke, Timbul dan Deny, aku tidur dan tidak menghiraukan hujan yang turun semalaman. 

peristirahatan Kampung Batu
Pagi yang cerah di hari Minggu. Badan kembali fit dan mulai beraktifitas lagi. Selesai membuat sarapan – courtesy Timbul, Deny dan aku –, membereskan tenda dan sampah sekitar, kami melanjutkan kembali ke bawah. Kali ini aku benar-benar menikmati perjalanan. Air Panas yang kemarin tampak seram, sekarang kelihatan lebih ramah tanpa hujan. Bahkan ada yang mandi di sisi air terjun. Sambil menikmati pemandangan, aku mengambil beberapa foto di Air Panas. Trekking turun tidak terasa seberat naik seperti kemarin. Di persinggahan Panyangcangan aku membelok menuju ke Air Terjun Cibeureum sementara yang lain langsung menuju melanjutkan perjalanan ke bawah.

air terjun Cibeureum
Jarak dari persinggahan Penyangcangan ke air terjun Cibeureum sekitar 15 menit melewati jalan berbatu dan juga jembatan kayu panjang diatas rawa. Air terjun Cibeureum ada dua buah air terjun. Sebuah air terjun besar dan agak jauh dari air terjun besar, terdapat sebuah air terjun yang lebih kecil dan indah. Air terjun Cibeureum mempunyai debit volume yang besar dan aliran yang sangat deras sehingga menimbulkan suara gemuruh yang keras. Percikan airnya terbawa hingga bermeter-meter jauhnya membuatku lumayan basah.

Kembali ke trek semula aku berjalan tanpa henti sampai kembali ke pos pemberangkatan tepat jam 15.18 WIB. Ternyata Lenggo dan Deny sudah berada di bawah. Sambil menunggu teman-teman lainya kami menikmati sepiring gorengan. Akhirnya pada jam 8 malam semua anggota komplit berkumpul. Setelah istirahat dan makan malam diwarung, jam 9 malam kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta dengan rute yang sama.