Aku tekankan, “Aku
tidak bermaksut menyindir perokok, karena itu hak asasi kalian. Tapi tolong
merokoklah pada tempatnya”
Sebenarnya ini
kejadian lucu. Pagi ini saat aku berangkat kerja, seperti biasa aku naik angkot jurusan Pos – Karawaci,
Tangerang. Mobilnya lumayan penuh dengan 6 orang, 5 perempuan dan seorang cowok
dengan seragam putih abu–abu, berdesak-desakan persis seperti ikan sardine dalam kaleng. Tidak nyaman
memang, tapi karena sudah biasa, aku santai-santai saja. Sampai suatu saat…
Seorang Bapak setengah
baya naik dan duduk di dekat pintu. Dengan tenang merokok di pintu mobil.
Dengan posisinya didepan pintu secara otomatis seluruh asap dan abu masuk
kedalam angkot yang sempit. Benar-benar sangat mengganggu.
Mbak yang duduk
disebelahku, yang juga sebelah bapak itu, berkata dengan sopan kepada si Bapak,
“Pak, maaf. Rokoknya boleh dimatikan? Asap dan abu rokoknya mengganggu.”
Bukannya minta
maaf dan segera mematikan rokoknya, bapak itu melihat si Mbak dengan pandangan
emang–gue–pikirin. Sudah gitu dia nyolot.
“Kalau gak suka ya turun saja, Mbak. Ini kendaraan umum. Saya juga bayar
disini. Jadi semau saya kalau saya merokok apa enggak.”
Haiiishh!! Kami semua terpana mendengar perkataan
Bapak itu.
Si Mbak yang
merah padam akhirnya ikutan nyolot.
“Oke. Saya akan berhenti disini. Tapi Bapak yang bayarin angkotnya.”
Si Mbak
menghentikan angkot dan turun tanpa
ragu-ragu. Wah, hebat nih si Mbak…
Ternyata ibu muda
yang sedang hamil didepanku juga ikutan turun. “Saya juga. Saya ndak mau anak saya keracunan asap
rokok.”
Aku ikut-ikutan
keluar. Aku juga tidak mau tidak mau berada dalam angkot penuh dengan asap
rokok. Ternyata kemudian Mbak-Mbak yang lain juga ikut keluar dari angkot. Dan
pak Supir memandang si Bapak dengan gimana–nih–Boss?
Si Bapak
kelihatannya kaget dengan kenekatan cewek–cewek ini. Kami semua berdiri menanti
apa yang akan terjadi sambil menunggu angkot
lain datang. Mungkin karena malu atau tidak punya cukup uang, tiba-tiba saja si
Bapak sambil turun dari angkot dan
pergi.
Kami senyum-senyum
melihat si Bapak pergi sambil menggerutu. Akhirnya kami kembali naik angkot. Diskusi mengenai bahaya rokok
pun terjadi di dalam angkot.
Sebenar-benarnya,
aku tidak menyindir atau anti-perokok. Tapi ada baiknya sebagai orang timur yang punya kesopanan, hargailah
orang yang tidak merokok. Jangan merokok ditempat umum, apa lagi didalam
angkutan umum. Dan minta ijin sama orang disekitarnya.