Juni 08, 2013

Cerita Singkat di Ho Chi Minh

Setelah selesai urusan imigrasi Kamboja, kembali masuk ke bus karena jarak border Kamboja dengan Vietnam lumayan. Kira-kira 5 menit naik bus. Petugas dari Mekkong Express meminta semua passport penumpang untuk dikumpulkan dan di urus ke bagian immigrasi Vietnam. Sampai juga di border Vietnam penumpang harus membawa semua bagasi kedalam immigrasi untuk di scan. Disana petugas yang mirip porter yang bersedia membawa bawang-barang dengan charge kurang lebih $2-$10, tapi Kandy bilang itu scam, tolong jangan diindahkan. Ah, untung saja ada teman lokal.

Jadi dalam saat kita ngantri imigrasi kita diharuskan membawa serta barang bawaan kita, setelah stempel masuk immigrasi Vietnam, barang bawaan kita akan di scan sebelum masuk ke wilayah Vietnam. Yang jadi masalah di border ini, petugasnya amat sangat lelet sekali. Entah karena sudah sore atau memang demikian. Antrian orang dan barang sampai keluar ruangan karena petugasnya sibuk melayani petugas porter yang memotong antrian. Mungkin karena itulah porter mematok harga tinggi, karena selain mereka membawa barang kita, mereka juga bertindak selayaknya calo di imigrasi. Yang aku lihat masuk dari Kamboja ke Vietnam kali ini, wajah kita gak ditengok sama sekali oleh petugas imigrasi. Karena begitu selesai stempel semua paspor akan diberikan kembali petugas dari Mekong Express. Dan petugas Mekong Express yang memanggil nama kita untuk segera scan barang.

Setelah hampir 1.5 jam berkutat di imigrasi Vietnam, akhirnya perjalanan dilanjutkan. Sampai di Ho Chi Minh sekitar jam 9 malam. Batas akhir bis Mekong Express berada di Pham Ngu Lau Street. Begitu turun dari bus, banyak orang menawarkan hostel dan hotel murah. Ini pertama kalinya aku on the spot alias gak reservasi via manapun. Pikirku, paling apes dapet hostel ala kadar atau hostel mahal, yang penting nyaman.

Untungnya hotel Jaime searah dengan dengan hostel yang aku tuju. Pertama kali aku ingin ke Ngoc Tao Guesthouse di 241/4 Pham Ngu Lao.st. Tapi ternyata sudah penuh. Akhirnya, kasihan dengan Jaime dan juga Kandy yang bawaanya lumayan berat, aku check in hotel di sebelah Ngoc Tao Guesthouse. Rate $12 sudah bisa dibilang mewah dibanding dengan dorm yang aku tinggali selama ini. Enak sih...tapi gak ada teman dan kurang greget saja.
gang antara Pham Ngu Lau dan Bui Vien

Setelah check in kami pergi ke hotel Jaime, sekalian jalan-jalan. Dari Pham Ngu Lau Street via gang dimana hotelku berada, akan tembus ke Bui Vien Street yang terkenal itu. Malam itu Bui Vien membuatku terpana. Orang-orang duduk dengan kursi kayu pendek. Cafe atau bar tumpah ruah sampai ke jalanan.

Paginya bangun selesai mandi aku bersiap-siap keliling kota. Karena waktu mepet dan aku harus bertemu Jaime dan Kandy, aku memutuskan menyewa tuktuk untuk berkekeliling kota. Singkat memang perjalanan kali ini ke ibu kota Vietnam ini. Lebih tepatnya hanya sekedar mampir karena waktu yang sempit dan juga hanya sedikit tempat yang wajib dikunjung. Object wisata mainstream seperti Chu Chi Tunnel perlu half day trip, shopping di Ben Than market dan beberapa museum. Jadi kupikir semalam di Ho Chi Minh itu sudah cukup.

Saigon Notre-Dame Basilica atau yang lebih dikenal dengan Katedral, merupakan peninggalan pada masa penjajahan Perancis. Pembangunan Katedral ini dimulai tahun 1863-1880. Dengan 2 menara lonceng setinggi 58 meter.



Menyeberang dari Katedral terdapat Ho Chi Minh Central Post Office yang merupakan salah gedung tertua di kota ini. Dibangun pada tahun 1886-1891 menurut design Gustave Eiffel, seorang arsitek Perancis yang terkenal dan menjadi simbol dari Ho Chi Minh.



Aku sempat mampir ke War Remnants Museum dan Reunification Pallace. Karena kesempitan waktu jadi gak sempat masuk kedalam. Cuma turun didepan dan fotoin bagian depan aja.

War Remnant Museum
Reunification Pallace
Dan kejadian memalukan ini pun berlangsung. Entah karena tukang tuktuk gak ngerti Inggis atau dia memang sengaja lupa soal negosiasi awal, pas aku bayar tuktuk sesuai kesepakatan 50.000 dong, dia marah-marah. Dia bilang nego pertama $5. Sebenarnya aku sudah mulai ngotot dan ga mau bayar. Tapi dia mulai teriak-teriak sampai dilihatin orang dan turis. Yah, dari pada aku malu dan berkepanjangan, aku bayar juga 100.000 dong. Setelah aku bayar satu orang lokal mendekatiku sambil bilang, "That man is really crazy." Aku nyengir masam, yeah, tell me about it.

Ketemu Kandy, aku menceritakan kejadian itu dan membuat temenku itu marah-marah. Kemudian kami bertiga berjalan kaki ke arah Ben Thanh. Dalam perjalanan Kandy mentraktir kami ka fi da, es kopi (tanpa susu) untukku dan Jaime. Hmm... sedap. Kopinya memang mantap dan sangat kental. Me likey!! Tapi mungkin kurang cocok dengan lidah bule sehingga si Jaime komentar sambil nyengir, gue ga bakalan bisa ngabisin neh... Akhirnya kopinya di ditumpahin ke gelasku.

Cho Ben Thanh, pasar yang terkenal dengan souvenir dan barang-barang murah ini. Disini aku cari kaus untuk kenang-kenangan dan kopi tentu saja. Murmer gak papa yang penting buuuanyak!!

travel of the day (Jaime, Kandy)
Karena aku harus mengejar pesawat jam 1.30 jadi kami batal untuk makan siang bersama. Akhirnya Kandy dan Jaime mengantarku mencari taxi untuk ke bandara. Dari Pham Ngu Lau Street ke bandara kira-kira 150.000 dong. Di bandara aku sempat ditahan untuk membuka daypack saat scan barang-barang kabin. Kandy memberiku sebuah pemberat kertas dari kuningan yang terlihat aneh di monitor. Tidak akan jadi masalah kalau kita kooperatif gak kenapa-napa. Pun kalau barang itu diambil aku relakan saja. Tapi akhirnya petugasnya bilang Ok aku boleh lanjut. Bye Saigon...see in another time.



4 komentar:

  1. Tukang tuk2 disana memang rada2 culas ama turis, tapi ngak semua nya sech. Tapi pengalaman ama temen2 juga gitu saat nawar tuk2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas. Manusia baik dan jahat ada dimana-mana. Tapi tetep saja bersyukur bisa menikmati keindahan negeri orang :)

      Hapus
  2. Mbak Christine Thanks a lot info nya.
    Saya rencana mau travelling ke angkor watt dengan rute persis sama dengan experience Mbak Christine (Jkt - Bangkok - Siem Rap - Phnom Penh - Ho Chi min - Singapore - Jkt ); sengaja ngikutin pilihan rute nya, soalnya tiketnya paling murah + info jalur bus nya dapet komplet dari blog ini.
    Thanks Mbak

    kusnadi.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-Sama Mas Kusnadi. Senang sekali bisa membantu sesama traveler :)

      Hapus