Agustus 07, 2013

Situ Gunung, Lukisan Alam Nan Menawan


Melihat foto diatas jadi kepingin kan?? Kepengenan jalan Situ Gunung ini sudah sejak lama. Tapi katanya jalannya riweuh beuth kalau mau kesini. Dari nanya-nanya, eh..malah pada mau ikutan pergi. Baiklah, yuuuk mari kita membolang bareng. Beruntung ada temen yang mau jadi guide dan menampung kami tidur. Makasih Ketsu dan keluarga...

Sabtu jam 6 sore aku bertemu dengan para sahabat untuk buka puasa bersama di Tebet Green. Kemudian kami jalan kaki ke stasiun Cawang dan naik comuter ke stasiun Bogor. Rencana semula mau ketemu di Terminal Kampung Rambutan dan naik bis ke Sukabumi. Tapi dengan perhitungan bareng dengan mudik lebaran, jalan tol pasti macet banget. Maka rute berubah dengan naik comuter saja. Sampai di Bogor dilanjutkan naik angkot  ke terminal Baranangsiang atau bisa cari ELF300 Bogor-Sukabumi (biasanya ngetem di dekat Giant supermarket ) ke terminal Sudirman, Sukabumi. Perjalanan yang seharusnya sekitar 3 jam menjadi hampir 5 jam karena jalan macet dan ada perbaikan jalan. Sampai didepan rumah Om-nya Ketsu sudah lewat tengah malam dan disambut gonggongan kenceng Molly dan anaknya. Whoaaa!!

Note : Alternatif lain, naik bus dari terminal Kampung Rambutan ambil bus Jakarta-Sukabumi, turun di Cisaat. Dari situ ada angkot merah kecil kearah Situ Gunung.
mepet...mepeeet... 4-6 ya... @ angkot
Setelah tidur seadanya, jam 5 pagi kami berangkat ke Situ Gunung dengan sewa angkot dari terminal langsung ke Situ Gunung. Perjalanan sekitar 40 menitan ke desa Cisaat, Kec. Kadudampit. Melewati rumah penduduk dan persawahan. Aku gak nyangka sedekat ini menuju ke alam yang begitu cantik.

Okey... biasanya aku gak sepuitis ini buat judul. Tapi Situ Gunung adalah salah satu tempat yang bisa membuatku menjadi puitis. Apalagi setelah mendengar cerita pembuatnya, yaitu Mbah Jalun, pejuang yang menjadi buronan pada masa penjajahan Belanda melarikan diri dari dengan istrinya. Pada saat menyusuri daerah Gunung Gede-Pangrango dan melihat keindahannya, beliau memutuskan untuk menetap. Sekitar tahun 1814 saat putranya lahir, sebagai wujud rasa syukurnya, beliau membuat sebuah danau yang diberi nama Situ Gunung. Yap, ternyata Situ Gunung yang luar biasa indah dan terletak di tegah hutan ini ternyata danau buatan sodara-sodara... Dibuat penuh cinta oleh seorang bapak kepada anaknya. 

Suasanan di Situ Gunung sepagi ini sangat tenang. Embun yang masih basah menempel di atas rumput. Hutan asri di seberang danau begitu memukau saat sinar matahari merekah dibalik bukit dan menembus kabut. This is a picture that came out right from a canvas...


Puas terdiam dan menikmati keheningan dan keindahan Situ Gunung, photo session pun di mulai. Para model langsung beraksi. Siapa yang gak kepingin narsis di tempat seperti ini coba. Galeri narsisnya bisa di klik sini dan sini .

Selanjutnya perjalanan menuju ke Curug Sawer. Katanya sih dekat 2.5 kilo saja. Tapi ternyataaa, 2.5 kilometer itu dari pintu masuk area Curug Sawer, bukan dari pintu masuk Situ Gunung. Untungnya perjalanan ini bersama orang-orang menyenangkan. Becandaan di hutan dan menemukan hal-hal menarik untuk di foto. Tapi parahnya aku salah pake sepatu. Sepatu croc flat ini gak bisa dipakai untuk trekking, naik turun jalan setapak dan bebatuan. Akibatnya sakit kaki, merah dan lecet-lecet. Jadi kalau mau kesini, sebaiknya pakai sandal gunung biar nyaman di kaki.

 
 

Dan taraaa... setelah satu jam trekking sampai juga disini. Air terjunnya lumayan tinggi dan besar. Udaranya sejuk membuat airnya sedingin es. Rasanya menyenangkan sekali merendam kaki di air dingin ini. Tapi gak kuat lama-lama. Beku!! Jika tidak mau trekking, ada jasa ojek dari dan ke Curug Sawer dari pintu gerbang Curug Sawer. Ingat ya, gerbang Curug Sawer dan Situ Gunung berbeda.

 

Puas foto-foto, bernarsis ria dan istirahat, saatnya lanjut perjalanan lagi. Kali ini aku memilih naik ojek. Kasihan sama kaki lecet-lecet. Jalannya cukup ngeri bagi yang tidak terbiasa naik motor atau ojek. Karena jalan setapak ini lewat sisi bukit dimana sebelahnya adalah jurang. Kalau mau jalan kaki butuh waktu sekitar sejaman. Sampai dipintu gerbang curug sudah ada angkot yang menunggu. Kembali kami menyewa angkot untuk kembali ke terminal dan kerumah si Om.

Sebelum kembali ke Jakarta, kami sempat mampir ke pabrik mochi Lampion (bukan promosi yak) karena dekat dengan tempat tinggal si Om, cuma naik angkot sekali dan turun di Kaswari. Sekalian beli oleh-oleh.


Balik lagi ke terminal Sudirman, kami naik ELF untuk kembali ke Bogor. Perjalanan kali ini lumayan lancar. Tapi sampai di Bogor hujan turun dengan derasnya. Karena sudah saatnya berbuka puasa, kami mampir ke food court di Giant untuk makan malam sebelum kembali ke Jakarta dengan naik comuter. Dengan uang transport sekitar 75.000 pp bisa refresing bersama sahabat itu murah dan worthy banget!! Besok kemana yaaa???

- Happy "FACE" Feets -

2 komentar:

  1. mau ngasih jempol dimana yaaa....
    kapan2 balik lagi kesini ya, nunggu nggak puasa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya neh, aku juga baru nyari icon buat ngasih jempolnya... gak ketemu #huaaaa >.< maap nubie
      Sini deh aku terimain jempolmu.

      Hapus