Juli 23, 2013

Klabing, Foto Hunting & Get Cultured di Kota Tua

Hari Minggu mau ngapain? Gimana kalau klabing saja? Haha. Klabing disini ga ada hubungannya dengan dugem. Klabing alias klayaban bingung hanya sebuah istilah gaul yang dikenalkan seorang teman. Jadi ngapain aja di Jakarta kalau cuma punya waktu sehari? Duduk termenung atau nonton TV kabel seharian? Yaiiks. Kenali dong Jakarta. C'mon, get cultured. 

Hari Minggu pagi, paling pas jalan-jalan menikmati car free day di sepanjang jalan Thamrin dan Sudirman. Sumpah, rasanya bahagia banget bisa jalan-jalan atau jogging atau sepedaan di jalan utama ibukota yang biasanya macet. Kalau haus atau laper, bisa berhenti dan jajan di tepi jalan. Atau mau foto-foto gedung pencakar langit dengan leluasa tanpa takut disenggol mobil? Sook atuh...

Jam 10 pagi kami sudah berkumpul di lapangan Monumen Nasional. Hari ini rencananya untuk foto hunting. Karena di antara kami memang hobi foto-foto. Sekalian acara epas kangen, mengasah ilmu, menikmati Jakarta dan jalan sehat, karena bisa dipastikan perjalanan kai ini akan sangat paaaaaanjang.

MONAS dikenal sebagai simbol kota Jakarta. Katanya, kalau belum ke Monas berarti belum ke Jakarta. Tempat wisata murah meriah ini berada di taman kota terbesar di Jakarta. Selain bisa menikmati taman secara gratis, untuk masuk ke dalam Monas sendiri tiketnya sangat murah. 2.000 rupiah untuk anak-anak dan 5.000 rupiah untuk dewasa. Sedangkan untuk menikmati pemandangan Jakarta dari puncak Monas cukup dengan 2.000 rupiah untuk anak-anak dan 10.000 rupiah untuk dewasa. Jangan heran, setiap akhir minggu antriannya mengular untuk naik kepuncak monumen ini.


Museum Nasional, terletak di sebelah Monas. Bisa jalan kaki dengan menyusuri jalur buswai, sampai di pemberhentian busway MONAS, kami menyeberang jalan utama. Tara... sampailah kami di Museum ini. Harga tiket hanya 3.500 rupiah saja. Murah kan? Museum ini tidaklah jadul museum jaman dulu. Disini kita diajak menuju masa lampau. Sungguh syahdu dengan tatanan apik dan tidak membosankan.


Dari Museum Nasional halaman depan jika kami melewati lorong bawah jembatan yang menghubungkan kedua bangunan museum dan kemudian naik menuju halaman belakang museum, kita bisa jalan kaki menuju Museum Taman Prasati. Tiket untuk masuk hanya 3.000 rupiah. 

Ada apa disini? Disini adalah kuburan jaman Belanda. Yap.. kuburan. Tapi tidak seseram kuburan di film horor kok. Tempatnya rapi, bahkan tempat ini sering dijadikan tempat ajang photo shoot dan video klip. Namun sangat disayangkan di patung-patung marmer yang cantik dan juga ukiran-ukirannya serta beberapa bagian dari Taman Prasasti ini dirusak dengan berbagai coretan cat oleh orang tak bertanggung jawab. 

 
 

Puas menjelajah Taman Prasati kami mencari angkot menuju Kota Tua. Angkot Tanah Abang-Kota hanya 4.000 rupiah. Angkot ini menyusuri jalan Harmoni-Glodok yang kebanyakan bangunannya juga sudah tua. Kalau mau naik busway, cari yang arah Blok M-Kota, di penghujung busway stop itulah letak Kota Tua. 

Kota Tua atau Old Batavia dulunya di juluki "permata dari timur" karena merupakan pelabuhan terbesar di Asia dengan kekayaan yang melimpah. Tapi keadaan Kota Tua sekarang ini sangat ringkih dan rusak dimakan waktu. Beberapa area yang menyimpan sejuta kisah sekarang ini terlantar. Seandainya pemerintah bisa lebih perhatian...


 

Dari Kota tua, jalan kaki menyusuri sungai ke Jembatan Tarik Kota Intan yang pada jaman proklamasi disebut Jembatan Kota Intan. Jembatan ini adalah jembatan tarik terakhir yang masih tersisa di Jakarta. Untuk masuk ke kawasan ini ada uang masuk sebesar 2.000 rupiah.

 
 

Menyeberang jalan dari Jembatan Tarik Kota Intan, kami berjalan melewati bagian bawah flyover terus menyusur sungai hingga menemukan rumah makan Galangan. Konon rumah makan ini sering untuk perjamuan pesta nikah dan rasanya ajieeb. Tapi aku blom pernah mencoba sih...

Dari restoran Galangan, kami menyeberang jalan menuju ke Museum Bahari di dekat pasar ikan. And guess what? Hari ini ini museumnya lagi free admission fee. Yah, walau harga tiketnya hanya 2.000 rupiah, tapi kalau dapat gratis rasanya lain dong. Museum ini terdiri dari dua gedung dengan 3 lantai. Namun kebanyakan lantai tiga tidak berfungsi. Foto Laksamana Angkatan Laut dari berbagai generasi, miniatur kapal dari jaman ke jaman, mulai dari yang kecil hingga besar yang membuatku merasa kagum, pinter bener orang jaman dulu ya.. Satu yang membuatku tertarik adalah desain kapal Kerajaan Majapahit yang sangat cantik.

Perahu Majapahit
 

Dan kemudian perjalanan di lanjutkan ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Dari Musium Bahari kami berjalan kaki ke pelabuhan Sunda Kelapa. Tiket masuk juga 2.000 rupiah. Menyusuri galangan kapal tradisional raksasa dengan kesibukannya, sangat berbeda dengan di pelabuhan penumpang dengan kapal feri di Pelabuhan Merak atau pelabuhan Muara Angke.

 

Gak lengkap kalau gak majangin foto kru narsis hari ini. Aku pribadi puas banget dengan perjalanan hari ini. Meski betis kondean dan kaki pegel tiada tara, tapi terobati dengan guyonan dan tingkah konyol para sahabat. Ditambah nikmatnya perjalanan singkat yang mempererat persahabatan kami. Selanjutnya kami naik comuter dari Stasiun Kota ke stasiun Gondangdia. Kemudian jalan kaki ke jalan Sabang untuk wisata kuliner dan diakhiri dengan nonton film The Lone Ranger di Plaza Semanggi. Soo...tired. But it was a really good way to spend the day.

@ Museum Nasional
@ rumah makan Galangan
@ Museum Bahari